Sebenarnya
hafalan ayat/surat Al-Qur’an itu menjadi kebutuhan primer setiap muslim.
Setidaknya, setiap kali menunaikan shalat (5 kali sehari), tentu akan membaca
Al-Qur’an melalui hafalan. Namun tidak setiap muslim memiliki kemampuan untuk
membaca dengan baik dan benar. Kecuali orang yang sudah belajar secara spesifik
tentang cara baca Al-Qur’an. Padahal kebutuhan sudah mendesak
Diperlukan
langkah dan metode agar seseorang yang belum lancar baca Al-Qur’an, atau bahkan
belum bisa baca sekalipun, tetap bisa hafal sekian ayat atau sekian surat. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah pendekatan untuk memberi jalan keluar
Hal
inilah yang melatarbelakangi kami untuk menggagas metode talqin (metal), yang
kemudian kami populerkan dengan #NgajiMetal (Ngaji Metode Talqin).
Metode talqin (metal) adalah sebuah bentuk
pembelajaran Al-Qur’an yang memadukan antara perbaikan bacaan (tahsin) dan
hafalan (tahfizh) sekaligus. Seorang
guru mencontohkan bacaan dengan sistematika dan pengulangan tertentu, lalu
murid mengikutinya sampai menghasilkan bacaan atau hafalan sebagaimana yang
dicontohkan. Metode ini cocok untuk semua usia. Bahkan cocok
pula bagi orang yang ingin hafal, tapi belum bisa/lancar baca Al-Qur’an.
Betapa
banyak orang yang berhasil hafal Al-Qur’an meskipun tidak bisa baca Al-Qur’an,
misalnya dari kalangan mereka yang memiliki gangguan atau keterbatasan
penglihatan, atau anak kecil yang memang belum bisa membaca maupun kaum lansia.
Melalui metode talqin, banyak yang berhasil hafal Al-Qur’an.
Melalui
pendekatan seperti ini, seseorang yang sudah baik bacaan Al-Qur’an-nya, atau
lidahnya sudah terbiasa melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an, dapat menghafal
satu halaman mushaf (15 baris) dalam waktu satu jam.
Awal
mulanya, kami terapkan pendekatan ini di sela-sela seminar buku saya, Balita
pun Hafal Al-Qur’an yang telah saya sampaikan seratus sekian kali di berbagai
kota.
Hampir setiap acara selalu muncul pertanyaan how
to nya. Bagaimana langkah konkret untuk menghafal. Terkhusus lagi bagi
anak-anak belia yang belum bisa baca, atau orang lanjut usia yang buta huruf
atau memang punya keterbatasan penglihatan
Tadinya
saya belum menemukan pola khusus, sampai kemudian melalui pengalaman dalam
mengajarkan hafalan, akhirnya ketemulah pola Metode Talqin 7 Kali Pengulangan.
Oh ya, talqin itu bahasa Arab. Artinya:
mengajarkan, mendiktekan. Ngajari. Dalam masyarakat kita istilah ini biasa
dipakai untuk mengajari orang yang mau mati .Sebenarnya,
talqin merupakan pembelajaran Al-Qur’an yang paling klasik. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam tak kenal baca tulis. Begitu juga mayoritas sahabat. Tapi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hafal. Karena beliau ditalqin
atau diajari baca Malaikat Jibril.Begitu juga para sahabat Nabi. Lebih banyak yang hafal ketimbang yang bisa baca. Begitulah pada awalnya. (Lihat surat Al Jumuah: 2). Mengapa para sahabat hafal meski belum bisa baca? Lagi pula di zaman Nabi belum ada mushaf lengkap. Yang ada hanya lembaran. Itu pun tak semua orang punya. Mereka bisa hafal karang ditalqin oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemudian sahabat yang sudah hafal, mentalqin sahabat yang lain. Begitulah seterusnya.
Alhasil,
pengajaran Al-Qur’an melalui talqin, atau mengajarkan bacaan melalui hafalan,
jauh lebih dahulu ketimbang pengajaran melalui baca tulis Al-Quran seperti yang
lazim saat ini.
Dengan kata lain, metode talqin adalah cara yang
“nyunnah”. Cara kaum salaf dalam mengajarkan Al-Qur’an. Oleh: Ustadz Salafuddin
Abu Sayyid (Founder #NgajiMetal)
Baca artikel lainnya :
Biografi KH. Asad Humam Penemu Methode Iqro'
Biografi KH. Asad Humam Penemu Methode Iqro'
0 komentar:
Posting Komentar